Wikipedia

Search results

Friday, May 30, 2008

Kau sahabatku


Kata yang jarang terdengar yang mempunyai makna yang sangat dalam, sahabat. Sahabat yang sebenarnya adalah yang peduli akan sakit dan senang. Sahabat bukan teman yang dekat ketika senang datang dan jauh ketika musibah mendera. Sahabat adalah ketika berani untuk menegur akan kesalahan agar tidak terulang dan menciptakan perbaikan dalam suasana damai. Sahabat adalah ketika berani menempatkan posisi ego berada dibarisan belakang dan mengedepankan kerbersamaan diatas kepalanya. Sahabat adalah ketika berani mengatakan tidak dalam suasana terburuk demi suatu kebaikan. Sahabat adalah ketika berani membenturkan pemikiran yang menyimpang agar kembali dalam posisi yang benar. Sahabat adalah ketika berani memberi jamu - jamu pahit dalam dalam penyembuhan pemikiran dan tingkah laku yang tidak semestinya.

Kau adalah sahabatku, kata yang mudah diucapkan namun sulit dipraktekkan. Pada kenyataannya persahabatan hanya bersifat semu yang dibumbui oleh kepentingan. Kepentingan karena dalam waktu yang sama, kepentingan karena dalam lokasi yang sama, kepentingan karena dalam masalah yang sama, kepentingan karena dalam status yang sama dan kepentingan dalam posisi yang sama. Hanya karena sesama jomblo mereka saling menyebut sahabat, hanya karena satu bagian dan ruang kerja mereka saling menyebut sahabat, hanya karena lahir dari daerah yang sama juga mereka menyebut sahabat, hanya karena mereka dalam sel yang sama mereka juga menyebut sahabat.

Beranikah kita untuk mengatakan kau sahabatku...?. Hanya perilaku yang bisa mengatakan dan membuktikannya bukan mulut manis dengan bungkus kepentingan yang mengatakannya. (by Her).

Kesepian


Lompatan peradaban manusia yang direpresentasikan dalam kemajuan pembangunan selalu akan meninggalkan jejak negatif dalam setiap tahapnya. Peradaban dalam motivasinya untuk mencari dan mencapai modernitas kehidupan yang serba instan telah merambah dalam lingkup status sosial, kawasan bahkan strata umur yang mustahil dulu untuk dibayangkan. Dalam lompatan peradaban dari agraris, industri dan masuk wahana teknologi informasi banyak yang menjadi korban.

Kehidupan yang menjadi jatidiri yang telah dirintis oleh nenek moyang hanya menjadi lembaran sejarah. Kehidupan gotong royong, tepo seliro, saling membantu, saling menghargai dan sendi sendi moral telah digilas oleh lompatan yang dibangun dengan tanpa mempertimbangkan moral. Peradaban yang mendasarkan akan kenyamanan materi dan prestis hampir menjangkiti semua level status. Saling menelikung, saling sikut, saling jegal, saling dorong, saling caci telah ditunjukkan dengan jelas oleh orang - orang yang seharusnya mampu mengendalikan laju etika lompatan peradapan tersebut. Banyak para ahli yang oleh umum diberi label expert telah menggadaikan moralnya dengan memberikan pendapatnya tergantung dari pendapatan yang didapat dari sponsor. Alampun tidak kalah sadisnya menjadi korban demi sebuah lompatan peradaban. Demi sebuah kata energi bumi telah dihancurkan, demi sebuah kata keindahan perang saudara telah dikibarkan dan demi sebuah kata perdamaian telah perselingkuhan dihalalkan.

Sepi, itulah yang dialami sekarang. Ilmu pengetahuan telah kesepian akan para ahli yang mendasarkan moral dan keimanan sebagai pijakannya. Ajaran agama telah kesepian akan umat yang menjalankan ajarannya dengan tanpa ada pamrih. Rakyat dengan semua isinya kesepian akan para pemimpinnya yang merakyat dan dekat dengan mereka. Alam smesta kesepian akan tangan tangan manusia yang peduli dan tidak rakus. Kesepian telah membawa perselingkuhan yang akan membawa kehancuran yang fatal. Hiburan telah telah dipertontonkan dengan jelas yang juga mempertontonkan kesepian itu sendiri.

Dimedia cetak, elektronik bahkan didepan mata setiap hari dipertontonkan kesepian. Kesepian oleh karena kemelaratan materi kaum jelata menjadi nisbi dari kesepian moral yang ditunjukkan para pemimpin bangsa. Kesepian menjadi sangat absolut setelah dirangkai dalam sistem kenegaraan yang dijadikan tameng demi kemaslahatan rakyat yang nyata - nyata bukan demi kepentingan rakyat.

Akankan rakyat jelata akan terbebas dari kesepian...?. Tidak, mereka tidak kesepian. Mereka tetap hidup bahagia walaupun hidup dalam keterbatasan. Mereka tetap bisa guyub dan dekat dengan Tuhannya dalam setiap tarikan nafasnya karena kesepian mereka hanyalah kesepian nisbi dalam lingkaran materi. Mereka yang kesepian justru mereka yang berada dalam mobil mewah, rumah mewah, wanita mewah, restoran mewah, plaza mewah dan semua yang serba mewah. Mereka jauh dari rasa ramai dan damai yang terus mereka kejar dan kejar tetapi tidak akan pernah tercapai. Yang dikejar hanya bayangan kehidupan semu, bukan abslout yang nyata menjadikan dirinya sampai mereka disebut terhormat dan mewah.

Akankah ini akan menjadi jati diri baru.......???. Hanya Tuhan yang tahu. (by Her).