Wikipedia

Search results

Thursday, June 05, 2008

Jadikan Langkah sebagai Jembatan


Dalam keseharian hidup setiap orang disibukkan dengan rutinitas yang bagi sebagian orang menyenangkan, bagi sebagian orang membosankan dan sebagian yang lain menganggap biasa. Bagi orang yang dirundung musibah aktifitasnya dianggap sebagai hal yang membosankan bahkan membuat batin menderita. Bagi orang yang sedang mendapat rejeki aktifitas yang dijalani berjalan seolah cepat dan menyenangkan bahkan membahagiakan. Kebanyakan awam apabila mendapatkan rejeki baik berupa materi maupun immateriil (jabatan reff) selalu terbayang akan gaya hidup yang lebih baik. Bahkan tidak jarang rejeki yang datang akan dapat merubah status, pola pandang, perilaku dan mental yang menjauhi sikap yang humanis apabila rejeki yang datang tidak disyukuri sebagai karunia Tuhan.

Dilain pihak bagi yang dilanda musibah juga beranggapan akan terus sengsara dan menderita. Penderitaan yang semakin berat ketika cobaan yang datang tidak merubah upaya untuk bangkit dari musibah yang datang. Sikap "nrimo" dan beranggapan "nasib" menjadikan energi terbuang menjadi tidak bermanfaat.

Banyak contoh dalam kehidupan ini dari orang secara status materi yang melarat lalu menjadi milyarder bahkan trilyuner, dari seorang bajingan lalu menjadi orang yang sangat taat terhadap ajaran Tuhan, dari kasta sosial yang nista lalu menjadi kasta sosial yang terhormat, dari gaya hidup yang elegan lalu menjadi gaya hidup yang glamour, dari sikap mengemis lalu mejadi sikap menderma, dari sebelumnya lawan lalu menjadi kawan dan perubahan - perubahan lainnya. Perubahan tersebut juga sangat sering terjadi sebaliknya dari yang enak menjadi tidak enak.

Perubahan bisa terjadi apabila dalam diri kita sendiri mau merubah. Omong kosong besar apabila ada orang hebat yang katanya bisa merubah seseorang menjadi lebih baik. Seorang motivator yang hebat sekalipun tidak akan bisa merubah seseorang apabila seseorang itu sendiri tidak mempunyai motivasi untuk merubah apa yang ada dalam dirinya. Bahkan dalam kitab suci diceritakan seorang nabi tidak bisa merubah anggota keluarganya untuk taat kepada ajaran Tuhan.

Perubahan hanya akan terjadi apabila seseorang dapat memahami bahwa setiap langkah hidup kita hanya berupa jembatan untuk mencapai langkah berikutnya. Setiap langkah yang diayunkan dalam gerak fisik dan batin mempunyai konsekuensi yang bersifat individual maupun kolektif. Langkah hidup yang digerakkan hanya berdasar nafsu dan ambisi akan menjadi bias dan tidak membuahkan hasil. Sedang langkah hidup yang digerakkan dengan dasar motivasi, visi, dan spirit untuk mencapai tujuan dengan cara yang benar secara agama dan budaya akan dapat mencapai hakekat hidup yang sesungguhnya. Bahwa dalam setiap gerak langkah hidup seseorang ada hak orang lain yang mesti dijaga, diberikan dan dihormati.

Ketika setiap langkah yang digerakkan dipakai sebagai jembatan untuk menuju langkah yang lebih baik ketika itu pula seseorang itu telah meniti tangga kesuksesan. Setiap gerak langkahnya selalu ingat akan zat yang menciptakan manusia dan alam semesta, ingat akan interaksi sesama dan ingat akan dunia setelah kehidupan didunia ini. Sebaliknya ketika langkah digerakkan dengan sikap - sikap yang jauh dari norma kesopanan, kesusilaan bahkan agama ketika itu seseorang mengalami dehumanisasi yang akan menyeret dalam belenggu penderitaan. Banyak contoh pejabat yang hidupnya mewah dan glamour dengan para ajudan yang tegap harus berakhir dibalik terali besi, banyak pengusaha yang kaya raya dengan pesawat pribadi dan para cewek cantik yang mengelilinginya harus berakhir dihotel prodeo, banyak agamawan yang banyak pengikutnya harus berakhir dengan diasingkannya secara sosial dan lain sebagainya karena dalam langkahnya mereka lupa akan dirinya dan menjadikan langkahnya dalam jembatan kemaksiatan. (by Her)