KEBERHASILAN seseorang mencapai kesuksesan atau terhindar
dari sesuatu yang tidak diharapkannya ternyata amat bergantung pada dua hal,
yaitu sunnatullah dan inayatullah.
Sunnatullah artinya sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa
hukum alam yang menghendaki proses sebab akibat sehingga membuka peluang bagi
peran manusia. Seorang mahasiswa ingin menyelesaikan studinya tepat waktu
dengan predikat memuaskan.
Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk
bersunguh-sungguh belajar, mempersiapkan diri serta meningkatkan kuantitas dan
kualitas belajarnya sehingga melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan
oleh rekan-rekannya. Dalam konteks sunnatullah, sangat mungkin ia bisa meraih
apa yang dicita-citakannya itu.
Suatu ketika ada bus yang jatuh ke jurang dan menewaskan
seluruh penumpangnya tetapi ada seorang bayi selamat tanpa terluka sedikitpun.
Atau ada seorang anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai tujuh ternyata
tidak apa-apa padahal menurut logika ia pasti tewas. Segala yang mustahil
menurut akal manusia sama sekali tidak ada mustahil bila inayatullah atau
pertolongan Allah telah turun.
Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan
ikhtiar akal dan kemampuan saja, maka sangat mungkin akan mencapai kesuksesan
karena telah menepati persyaratan sunnatullah. Akan tetapi bukankah rencana
manusia tidak mesti selalu sama dengan rencana Allah? Dan adakah manusia yang
mengetahui persis apa yang menjadi rencana-Nya atas manusia?
Akan tetapi kalau ternyata Dia menghendaki lain, lantas kita
mau apa? Mau kecewa? Kecewa sama sekali tidak mengubah apapun. Kecewa yang
timbul di hati tidak lain karena kita sangat menginginkan rencana Allah itu
selalu sama dengan rencana kita.
Rekayasa Diri
Kalau kita ingin sukses di dunia maka kuncinya adalah,
janganlah merekayasa diri dan keadaan tetapi juga rekayasalah diri supaya
menjadi orang yang layak ditolong oleh Allah. Lain halnya kalau upaya itu
disertai dengan niat yang benar dan ikhlas semata-mata demi ibadah kepada
Allah.
Memohon dengan segenap hati kepada-Nya agar sekiranya
apa-apa yang tengah diupayakan itu bisa membawa maslahat bagi orang lain serta
jangan lupa menyerahkan sepenuhnya segala hasil akhir kepada Allah.
Bila Allah sudah menolong maka siapa yang bisa menghalangi
pertolongan-Nya? Walaupun jin dan manusia bersatu menghalangi pertolongan Allah
atas hamba-Nya, sekali-kali tidak akan pernah terhalang karena Dia memang
berkewajiban menolong hamba-hamba-Nya yang beriman.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat
mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan),
maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah
itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
(Q.S. al-Bayyinah [98]:7).[*]
Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar, Senin 15 Desember 2014
No comments:
Post a Comment