Wikipedia

Search results

Saturday, June 25, 2011

Liburan Hati

Ada kalanya, setiap hari libur, justru menjadi hari yang sibuk. Begitu besok libur, hari ini kepala sudah penuh rencana. Anak-anak ingin ke sini, yang lain ingin ke sana, sementara saya sendiri sebetulnya ingin ke situ. Baru di tingkat menyatukan keinginan saja sudah begitu penuh kegaduhan. Begitu niat sudah bisa disatukan persoalan karena makin banyak perlengkapan yang harus dipersiapkaan.

Kalau hari libur itu diisi dengan bepergian dan rekreasi, tak jarang hasilnya malah lelah sekali. Di jalan, orang-orang yang berpikiran sama ternyata jumlahnya banyak sekali. Akibatnya, rekreasi yang disangka akan berisi ketenangan itu malah ketemu kegaduhan. Di jalan berebut jalur, di rumah makan berebut kursi, di tempat rekreasi berebut giliran.

Dampak rebutan ini akhirnya terasa sekali, hasil liburan itu, sering malah berupa tekanan.
Jadi ada yang sering dilupakan kebalikan. Sedianya waktu untuk berlibur, malah penuh kesibuk penuh kelelahan. Kalau begitu, lebih sibuk manakah antara waktu kerja dan waktu libur itu?

Pertanyaan inilah yang merubah persepsi saya atas definisi libur. Liburan sejati itu akhirnya lebih bermuara di dalam hati, bukan pada hari libur. dasarnya, seseorang juga bisa. Bekerja pun lelah, berlibur pun lelah, lalu apa bedanya. Maka muara liburan itu pasti ada di dalam hati, bukan ada pada hari libur.

Kini tugas kita ialah mencipakan hari libut itu sebebas-bebasnya, sesuka kita, kapan saja, tak peduli pada waktu kerja. Ketika sambil mengetik tugas-tugas rutin, saya memunculkan wajah anak di layar komputer, tiba-tiba saya mendapat rasa mengetik yang berbeda.

Mengetik yang bukan bekerja tetapi mengetik sambil bermain bersama anak-anak sekalian mencarikan uang bahkan dalam liburan, sambil mendorong anak-anak di ayunan, otak saya bisa sudah kembali ke kantor, ke dalam kerja dan target-target yang menjadi teror sepanjang masa.

Itulah suasana kerja yang terbawa ke mana-mana, bahkan juga ke dalam tidur sebagai mimpi buruk. Bayangkan, di dalam tidur pun saya tidak benar-benar tertidur tetapi terus sambil bekerja berupa memikirkan kerja.

Padahal kalau mau, saya bisa saja menciptakan liburan di setiap hari kerja. Cukup dengan setengah jam memejamkan mata di kursinya, teman saya bisa bangun, malah sulit sekali memejamkan mata.
Jadi, ada orang yang bahkan di dalam kerja pun sanggup berlibur, dan ada yang bahkan di dalam libur ia terus bekerja. Termasuk golongan yang manakah kita!