Wikipedia

Search results

Wednesday, December 24, 2014

Sunnatullah dan Inayatullah

KEBERHASILAN seseorang mencapai kesuksesan atau terhindar dari sesuatu yang tidak diharapkannya ternyata amat bergantung pada dua hal, yaitu sunnatullah dan inayatullah.


Sunnatullah artinya sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa hukum alam yang menghendaki proses sebab akibat sehingga membuka peluang bagi peran manusia. Seorang mahasiswa ingin menyelesaikan studinya tepat waktu dengan predikat memuaskan.


Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersunguh-sungguh belajar, mempersiapkan diri serta meningkatkan kuantitas dan kualitas belajarnya sehingga melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan oleh rekan-rekannya. Dalam konteks sunnatullah, sangat mungkin ia bisa meraih apa yang dicita-citakannya itu.


Suatu ketika ada bus yang jatuh ke jurang dan menewaskan seluruh penumpangnya tetapi ada seorang bayi selamat tanpa terluka sedikitpun. Atau ada seorang anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai tujuh ternyata tidak apa-apa padahal menurut logika ia pasti tewas. Segala yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tidak ada mustahil bila inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.


Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan ikhtiar akal dan kemampuan saja, maka sangat mungkin akan mencapai kesuksesan karena telah menepati persyaratan sunnatullah. Akan tetapi bukankah rencana manusia tidak mesti selalu sama dengan rencana Allah? Dan adakah manusia yang mengetahui persis apa yang menjadi rencana-Nya atas manusia?


Akan tetapi kalau ternyata Dia menghendaki lain, lantas kita mau apa? Mau kecewa? Kecewa sama sekali tidak mengubah apapun. Kecewa yang timbul di hati tidak lain karena kita sangat menginginkan rencana Allah itu selalu sama dengan rencana kita.


Rekayasa Diri


Kalau kita ingin sukses di dunia maka kuncinya adalah, janganlah merekayasa diri dan keadaan tetapi juga rekayasalah diri supaya menjadi orang yang layak ditolong oleh Allah. Lain halnya kalau upaya itu disertai dengan niat yang benar dan ikhlas semata-mata demi ibadah kepada Allah.


Memohon dengan segenap hati kepada-Nya agar sekiranya apa-apa yang tengah diupayakan itu bisa membawa maslahat bagi orang lain serta jangan lupa menyerahkan sepenuhnya segala hasil akhir kepada Allah.


Bila Allah sudah menolong maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya? Walaupun jin dan manusia bersatu menghalangi pertolongan Allah atas hamba-Nya, sekali-kali tidak akan pernah terhalang karena Dia memang berkewajiban menolong hamba-hamba-Nya yang beriman.


“Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Q.S. al-Bayyinah [98]:7).[*]

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar, Senin 15 Desember 2014

No comments: